Sunday 6 November 2016

PENULISAN



PENDAPAT TENTANG KASUS JESSICA - MIRNA

Kasus Jessica – Mirna belakangan menjadi buah bibir di kalangan masyarakat Indonesia, bahkan dunia internasional. Pada tanggal 6 Januari 2016 di kafe Oliver, Mirna tewas seketika setelah meminum Kopi Vietnam bersama teman-temannya, Jessica dan Hani. Setelah dilakukan pemeriksaan, terbukti bahwa Mirna tewas karena racun Sianida.

Semua mata mengarah kepada Jessica, karena pada hari itu Jessica yang memesan Kopi Vietnam untuk Mirna dan juga minuman lainnya untuk Hani, padahal saat itu mereka belum datang. Ketika Mirna kejang-kejang banyak saksi yang mengatakan bahwa refleks Jessica melihat temannya sekaratpun sangat biasa, bahkan cenderung tidak peduli (hal ini dibuktikan dari rekaman cctv pada persidangan bahwa Jessica tidak menunjukan reflek untuk menolong Mirna.)

Menurut saya, kasus Mirna yang sangat heboh diberitakan saat ini, merupakan pola pikir yang diatur dari media, dimana kasus demi kasus begitu dibeberkan dengan kemasan yang sedemikian rupa sehingga merajai pemberitaan untuk waktu yang cukup lama. Dalam sejarah Indonesia, baru kali ini seseorang melakukan sidang hingga mencapai 31 kali. Mengalahkan isu politik lain yang sebenarnya lebih penting dibandingkan kasus ini, tapi yang saya tidak mengerti adalah kenapa media begitu menyorot kasus yang satu ini? Berbagai orang berpendapat tentang Kompetensi Hukum di Indonesia, para pembaca yang kontra terhadap Jesica merasa tidak puas dengan keputusan hakim karena pembuktian fakta kurang maksimal, sedangkan di sisi lain para Pro Jesica menyanggah bahwa tidak pernah ada bukti yang kuat untuk menjerat Jesica.

Berbeda lagi dengan para pengamat yang lebih objektif, mereka menganggap bahwa kasus ‘kopi sianida’ ini malah cenderung mempermainkan opini publik dibandingkan pembuktian fakta. Bisa dilihat dari panjangnya proses persidangan, saksi ahli dan lain sebagainya kasus ini malah terlihat seperti sinetron kata para anak muda yang menontonya. Jesica mendatangkan saksi ahli dari luar negeri, dan sebegitu banyaknya lalu pada akhirnya dia tetap terjerat pula karena tidak bisa membuktikan secara nyata kalau dia tidak bersalah.

Kasus tersebut bahkan megalihkan masyarakat pada kasus yang sebenarnya jauh lebih penting dari pada Jesica. Disini kita bisa lihat begitu mudahnya bangsa Indonesia terpengaruh oleh media, opini publik yang belum tentu kebenaranya ditelan mentah-mentah membuat masyarakat kaucau antara pro dan kontra.